Selamat Datang Di Website Resmi Desa Sidodadi, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.Media Komunikasi dan Transparansi Pemerintah Desa Sidodadi Untuk Seluruh Masyarakat.......#SidodadiBerkah #LampungSelatanBismillahBisa

Artikel

HUT Ke-67 Desa Sidodadi: Mengenang Sejarah, Semangat Kebersamaan dan Mengukir Kemajuan

30 Agustus 2025  admin  1 Kali Dibaca  Berita Desa

Pemerintah Desa (Pemdes) Sidodadi, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, bersama seluruh elemen masyarakat desa menggelar malam puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-67 Desa Sidodadi yang digelar di lapangan sepak bola desa, Sabtu (30/8/2025) malam.

Acara tersebut, menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antar warga dan juga sebagai momen untuk merenungkan perjalanan Desa Sidodadi sebagai salah satu bagian desa transmigrasi di Kecamatan Sidomulyo yang berdiri pada bulan Agustus tahun 1958, serta merencanakan masa depan desa yang lebih baik kedepan.

Perayaan memperingati HUT ke-67 Desa Sidodadi ini berlangsung sukses, meriah, dan berkesan dengan penampilan pentas seni budaya seperti tari sembah sigeh pengunten, tarian dari Sumatera Barat, Papua, kuda lumping, pencak silat dan pembacaan puisi berjudul “Sisi Perjuangan” karya Mariam Ashraf yang dibawakan oleh Nafara Dahayu Maheswari, seorang siswi kelas 5 SD IT Alkholis.

Selain itu, dilakukan pemberian hadiah bagi pemenang untuk lomba hias lingkungan memperingati HUT ke-67 Desa Sidodadi tersebut. Perayaan HUT ke-67 Desa Sidodadi ini, dirangkai doa bersama dari lintas agama memohon keberkahan desa.

 

Pada momen kemeriahan acara tersebut, dihadiri oleh Camat Sidomulyo Fran Sinatra Adung, Kapolsek Sidomulyo, Danramil 421-07 Sidomulyo, Kades Sidodadi Sigig Edi Lukman, Jajaran BPD, LPM, aparatur desa (Kaur, RT dan Kadus), Linmas, PKK, Karang Taruna, tokoh masyarakat, tokoh agama dan seluruh elemen masyarakat Desa Sidodadi lainnya.

Ratusan warga Desa Sidodadi dari delapan dusun, begitu antusias mengikuti rangkaian acara perayaan HUT desa tersebut. Bahkan masyarakat pun berharap, perayaan ulang tahun desa ini bisa terus digelar setiap tahun, karena sebagai wujud nyata semangat perjuangan dan kebersamaan.

“Senang dan bangga bisa mengikuti perayaan HUT ke-67 Desa Sidodadi ini, selain untuk mengenang para pendiri desa terdahulu juga untuk mengetahui perjalanan sejarah desa kami ini. Momen ini juga untuk mempererat tali persaudaraan antar warga,”ujar seorang warga.

Kepala Desa (Kades) Sidodadi, Sigig Edi Lukman mengungkapkan rasa bangganya kepada seluruh elemen masyarakat desa, atas kerja kerasnya telah berkontribusi dalam pembangunan desa. Tanpa kekompakan dan semangat gotong-royong, acara perayaan memeperingati HUT ke-67 Desa Sidodadi tidak terlaksana semeriah ini.

“Perayaan HUT ke-67 Desa Sidodadi ini, menunjukkan semangat akan kebersamaan, nasionalisme yang tinggi di kalangan warga dan rasa bangga terhadap budaya bangsa. Harapannya, semoga semangat ini terus berkobar dan menginspirasi generasi muda,”kata Kades Sigig, Sabtu (30/8/2025) malam.

Menurutnya, perayaan ulang tahun desa ini juga, menjadi momen tepat untuk mengevaluasi pencapaian Desa Sidodadi selama ini dan merencanakan langkah-langkah strategis untuk masa mendatang. Dengan semangat dan harapan, kami optimis dapat membangun desa yang lebih baik di masa mendatang.

“Kami ingin, perayaan HUT ke-67 Desa Sidodadi ini bermanfaat dan memiliki nilai sosial budaya. Di usia desa kita (Sidodadi) yang sudah mencapai 67 tahun ini, bersama-sama kita tingkatkan semangat gotong-royong untuk memajukan Desa Sidodadi,”ujarnya.

Ia mengungkapkan, HUT Desa Sidodadi ke-67 ini, merupakan momen penting bagi seluruh masyarakat desa untuk merayakan perjalanan dan pencapaian desa yang telah diraih selama ini. Acara ini menjadi ajang refleksi, kebersamaan, semangat gotong-royong serta perencanaan masa depan desa yang lebih baik lagi.

Selain itu, kegiatan ini sebagai peringatan sejarah desa untuk mengingatkan kita terhadap para pejuang pendiri desa yang sejak tahun 1958 lalu telah berjuang dengan tanpa pamrih bahkan tanpa upah/gaji demi kemajuan desa.

“Pada masa transmigrasi tahun 1958 hingga sekarang ini tahun 2025, Desa Sidodadi telah mengalami berbagai kemajuan, baik di bidang infrastruktur, ekonomi, sosial dan budaya. Perayaan HUT ke-67 Desa ini, selain mengenang jasa para pendahulu pendiri desa dan sejarah perjalanan desa,”ungkapnya.

Perayaan HUT ke-67 Desa Sidodadi ini, kata Sigig, tidak hanya menjadi ajang perayaan ulang tahun desa atau sekedar seremoni saja. Tapi sebagai wadah menumbuhkan rasa kebersamaan, semangat gotong-royong, menjaga warisan leluhur agar tetap lestari, meningkatkan partisipasi warga terlibat aktif dalam memajukan desa, menumbuhkan rasa memiliki dan bangga menjadi bagian dari desa.

“Pentingnya sinergitas Pemdes Sidodadi dan masyarakat, untuk tercapai cita-cita bersama menjadikan Desa Sidodadi semakin maju dan berjaya. Dengan azas musyawarah dan bersatu padu seluruh dukungan elemen masyarakat, desa dapat terus berkembang dan sejahtera,”jelasnya.

Ia pun berharap, seluruh elemen masyarakat tetap kompak serta bersinergi dengan Pemdes Sidodadi dalam menjalankan program-program pembangunan. Semangat kebersamaan dan gotong-royong, harus terus dipelihara untuk mencapai tujuan bersama.

“Alhamdulillah, semua rangkaian acara HUT ke-67 Desa Sidodadi ini berjalan lancar tanpa ada halangan. Terima kasih kepada seluruh warga desa yang telah berpartisipasi dalam kegiatan ini,”pungkasnya.

 

Camat Sidomulyo, Fran Sinatra Adung mengungkapkan rasa bangga dan mengapresiasi kekompakan warga Desa Sidodadi adanya perayaan HUT ke-67 Desa Sidodadi. Kegiatan ini, selain untuk mengenang berdirinya desa juga jasa para pendahulu pendiri desa, dan ini juga dapat menjadi ajang mempererat tali silaturahmi antar warga, menumbuhkan rasa cinta tanah air dan bangga terhadap budaya bangsa.

“Kami apresiasi dan bangga adanya perayaan HUT desa seperti ini, dan ini perlu untuk terus dilestarikan. Selamat ulang tahun untuk Desa Sidodadi ke-67 tahun, mudah-mudahan diusianya yang sudah matang ini Desa Sidodadi semakin maju dan  masyarakatnya sejahtera,”kata fran.

Perayaan HUT desa ini, kata Fran, harus terus diselenggarakan setiap tahunnya. Segala potensi dan keunikan yang dimiliki Desa Sidodadi dan berkomitmen untuk terus berkembang, antusiasme warga begitu tinggi dan semangat gotong-royong juga terlihat jelas. Apalagi Desa Sidodadi ini, menjadi salah satu jantung dari kotanya Kecamatan Sidomulyo selain Desa Sidorejo.

“Jadi harus terus diadakan setiap tahunnya, bila perlu anggaran untuk kegiatan seperti ini (HUT Desa) ditambah kedepannya. Sebagai pimpinan kecamatan, saya mendukung selalu penuh kegiatan positif seperti ini,”ujarnya.

Ia menegaskan, kegiatan seperti ini mestinya tidak hanya dilakukan Desa Sidodadi saja, tetapi  juga desa-desa lainnya di Kecamatan Sidomulyo, karena menjadi momentum penting dalam bentuk nasionalisme, mempererat kebersamaan dan sebagai penghormatan untuk para pendiri pendahulu desa melanjutkan cita-cita perjuangan dalam menjaga kutuhan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Desa Sidodadi ini bisa menjadi contoh untuk desa-desa lainnya, saya berharap desa-desa lainnya bisa mengikuti kegiatan seperti ini. Saya juga berpesan, tingkatkan terus kerukunan dan kekeluargaan antar sesama masyarakat demi mewujudkan pembangunan desa,”pungkasnya.

Diketahui, untuk memeriahkan HUT ke-67 Desa Sidodadi tersebut, diadakan berbagai perlombaan dan kegiatan dimulai dari tanggal 29-31 Agustus 2025. Aneka perlombaan itu adalah menghias lingkungan, estafet karaoke, festival hadroh, senam dan jalan sehat. Berbagai hadiah menarik juga disiapkan untuk pemenang perlombaan, menjadikan acara ini semakin meriah.

Sejarah Desa Sidodadi Sebagai Desa Transmigrasi 

Program transmigrasi diinisiasi oleh Pemerintah Hindia Belanda, dan masa itu namanya kolonialisasi. Pada zaman kolonial ini, Lampung menjadi sasaran utama pemindahan penduduk dari Pulau Jawa oleh pemerintahan Belanda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di perkebunan.

Setelah kemerdekaan, program transmigrasi semakin intensif dilakukan dengan tujuan meratakan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Daerah tujuan transmigrasi di Lampung pada era Presiden RI, Soekarno pada tahun 1958 adalah Desa Sidodadi dan Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.

Para transmigran asal Pulau Jawa datang ke Lampung dengan naik kapal laut KM Krakatau dan kapal KM Halimun dari Pelabuhan Tanjung Priok dan sandar di Pelabuhan Panjang. Begitu sampai di Pelabuhan Panjang, para tranmigran ini di tampung lebih dulu dan menginap dua malam di tempat penampungan di sekitar Pelabuhan Panjang.

Setelah itu, para transmigran diangkut dengan kendaraan truk menuju ke daerah tujuan transmigrasi dan daerah tersebut kini bernama Desa Sidodadi dan Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo. Karena pada masa itu kondisi medan jalan berlumpur, banyak lubang besar juga bebatuan, sehingga sulit dilintasi kendaraan dan menempuh perjalanan selama 10 hari.

Selanjutnya, para transmigran diturunkan dari kendaraan truk di sebuah daerah yang dulunya bernama Kuta Marga, lalu Kunta Dalom dan kini bernama Desa Kota Dalam. Lalu mereka (transmigran) berjalan kaki selama tiga hari, karena pada masa itu jalan menuju ke tempat penampungan masih jalan setapak dan banyak pepohonan besar dan banyak hewan seperti gajah, harimau, monyet dan lainnya.

Tempat penampungan para transmigran asal Pulau Jawa ini, saat ini menjadi komplek Kantor Polsek Sidomulyo dan lokasi penumpangan lainnya, kini lokasinya menjadi Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo.

Setibanya di tempat penampungan, para transmigran asal Pulau Jawa ini tidaklah langsung ditempatkan ke lokasi yang bakal mereka tempati/tinggali. Berselang sehari kemudian, para transmigran ditempatkan oleh petugas jawatan transmigrasi ke lokasi yang mereka tempati yang kini tempat yang mereka tinggali itu bernama Desa Sidodadi.

Pada bulan Agustus tahun 1958 ini, para transmigran asal Pulau Jawa yang ditempatkan di desa Sidodadi ini, bersamaan juga dengan para transmigran di Desa Sidorejo.

Dalam satu rombongan (kelompok) transmigran, berjumlah 40-50 KK (Kepala Keluarga) dan luas tanah yang ditempati trasmigran untuk satu keluarga seluas 50 x 50 meter. Rumah yang ditempati, atapnya masih terbuat dari ilalang (welit) dan dindingnya juga dari telupuh (potongan atau belahan bambu).

Tempat tinggal yang ditempati para transmigran di Desa Sidodadi ini dulunya disebutnya Blok A hingga Blok F, dan setiap blok tersebut diberi nama sesuai nama asal mereka dari Pulau Jawa seperti Blok Pati, Banyumas, Malang, Surabaya, dan Tegal.

Sedangkan lokasi yang dijadikan Pasar Sidomulyo dulunya bernama Pasar Purwo Kencono yang berada di Desa Sidodadi, masih banyak ditumbuhi pohon bambu ori. Lokasi pasar ini mulai dibuka pembersihan lahan oleh warga transmigran, baik Sidodadi dan Sidorejo secara gotong-royong tahun 1959.

Bangunan warung atau tempat untuk berjualan di pasar masa itu, terbuat dari kayu dan beratap welit dari alang-alang dan daun kelapa. Bahkan jumlah warungnya pun, masih beberapa gelintir saja atau bisa dihitung dengan jari.

Pada masa itu (1958), belum ada Kepala Desa melainkan kepala rombongan, dan saat itu salah seorang transmigran bernama Kardani asal Pati ditunjuk sebagai kepala rombongan. Pada tahun 1960, Kardani ditunjuk sebagai Kepala Kampung (Kakam) Kecamatan Negeri Kalianda.

Sedangkan tempat pelayanan administrasi masyarakat di rumah Kardani, dimana lokasi rumahnya kini menjadi Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Sidodadi.

Kemudian masa kepemimpinan Kardani sebagai Kepala Kampung (Kakam) Sidodadi berakhir sekira pertengahan tahun 1964, karena ada kekosongan jabatan, dan jabatan sementara sebagai Kakam ini diemban oleh Sungkono.

Pada tahun 1965, seorang veteran TNI AD bernama Sakiyat Bin Bapung Kusen pada saat itu ditunjuk atau dikaryakan oleh pemerintah mengemban jabatan Kepala Desa Sidodadi. masa kepemimpinannya, kediamannya di Jalan Hamka Desa Sidodadi dijadikan sebagai pelayanan administrasi masyarakat atau Kantor Desa sekaligus sebagai tempat penampungan para transmigran susulan asal Pulau Jawa.

Di lokasi pasar pada saat itu, dibuat sebuah bedeng panjangnya 12 meter dan lebar 5 meter. Bedengan ini, dijadikan sebagai sebagai kantor Desa Sidodadi dan sekolah sementara. Lalu kantor desa berpindah lagi dekat SDN 02 Sidodadi, dan kini kantor Desa Sidodadi berlokasi di Jalan Satria.

Para Kepala Desa (Kades) Sidodadi tersebut adalah, Kardani, Sakiyat, Suradi, Hi. M. Tohir, BCHK, Rahmat Witoto dan saat ini jabatan Kepala Desa (Kades) Sidodadi diemban oleh Sigig Edi Lukman.

Nama Sidodadi ini sendiri dibuat oleh seorang bernama Mbah Wongso Pawiro, dimana Mbah Wongso ini adalah orang yang pertama kali tinggal di Sidomulyo sekitar tahun 1935 dan melakukan babat alas membuat jalan setapak masuk mulai dari Desa Kota Dalam sampai ke Desa Sidoasri (Trucuk).

Sehingga nama Sidodadi ini sendiri, sudah ada sebelum para transmigran asal Pulau Jawa ini datang. Mbah Wongso memberikan nama Sidodadi kepada Kapijo, selaku kepala jawatan transmigrasi dan Warso, petugas jawatan transmigarsi bagian administrasi.

Selaian Sidodadi, Mbah Wongso juga membuat nama daerah lainnya yang kini nama-nama itu menjadi nama desa diantaranya Sidomulyo, Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo dan Sidoasri (Trucuk), Kecamatan Candipuro. Sedangkan nama Sidorukun yang juga dibuat oleh Mbah Wongso, kini dijadikan sebuah nama Dusun di Desa Seloretno, Kecamatan Sidomulyo.

Tidak hanya itu saja, Mbah Wongso juga yang memberi nama Pasar Purwo Kencono yang kini nama pasar itu berganti nama menjadi Pasar Sidomulyo.

Sedangkan penetapan tanggal 28 Agustus ini sebagai berdirinya Desa Sidodadi ini, berdasarkan hasil penuturan para pelaku transmigran dan hasil musyawarah yang dilakukan oleh Kepala Desa Sidodadi bersama para apartur desa, Kadus, RT, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda di kantor Desa Sidodadi pada tanggal 18 Februari 2025.

Kilas sejarah transmigrasi Desa Sidodadi ini, berdasarkan penelusuran dari para pelaku sejarah seperti Kasmir (90), salah seorang pensiunan petugas jawatan transmigari bagian logistik yang masih ada satu-satunya saat ini dan tinggal di Desa Sidorejo, Kecamatan Siomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.

Kemudian penuturan pelaku sejarah transmigrasi warga Desa Sidodadi bernama Sugiono (82), Dahlan (80), Jono (72) dan Semi Musiran (77) anak dari Mursidi selaku kepala rombong transmigrasi Desa Sidorejo. Pada saat transmigrasi tahun 1958, mereka dibawa oleh orangtuanya.

Sejarah transmigrasi Desa Sidodadi ini juga dikumpulkan jauh sebelumnya berdasarkan keterangan dari pelaku sejarah seperti Warso dan Legimin mantan petugas jawatan transmigrasi, lalu Sakiyat Bin Bapung Kusen mantan Kades Sidodadi dan Suwarno mantan Sekdes Sidodadi ketika mereka belum meninggal dunia.

Selain itu berdasarkan data Museum Transmigrasi Lampung disebutkan, pada tahun 1958 terdapat penempatan transmigrasi Pra Pelita di Lampung pada era Presiden RI Soekarno yakni Seputih Banyak, Way Seputih I, Sidomulyo, Palas dengan jumlah 5.201 KK dan 21.676 jiwa. Para transmigran itu berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Barat dan Bali.

Namun daerah tujuan transmigran Sidomulyo asal Pulau Jawa yang disebutkan pada Pra Pelita di Lampung itu, memang tidak tercatat secara spesifik disebutkan nama Sidodadi dan Sidorejo hanya tertulis nama Sidomulyo.

;

Kirim Komentar


Nama
No. Hp
E-mail
Isi Pesan
  CAPTCHA Image